 |
Google docs |
Siapakah
saya sebenarnya? Sebuah pertanyaan yang acap kali keluar dari mulut seorang
remaja yang ingin mengetahui jati diri yang sebenarnya. Pertanyaan ini sering
muncul ketika seorang remaja sedang berada pada keadaan yang galau atau bimbang, ketika sedang
mendapat sebuah masalah berat ataupun sedang dalam keadaan tertekan. Tak ada
yang salah sebenarnya dengan pertanyaan ini. Namun ketika pernyataan ini keluar
saat dalam kondisi seperti di atas, jawaban yang akan muncul tak jarang akan
menimbulkan sebuah image yang buruk
terhadap diri sendiri. Hal ini disebabkan karena ketika seseorang dalam keadaan
yang kurang baik maka hal yang akan timbul dalam pikirannya akan kurang baik
pula. Cara mengatasi hal ini adalah dengan kita mengambil waktu luang bukan
saat tertekan tapi saat santai.
Jawaban dari pertanyaan di atas jika
dihubungkan dengan diri saya, maka jawabannya sudah pasti. Saya adalah Stephen
Christian, seorang remaja yang berusia 18 tahun yang masih baru menginjak
bangku perkuliahan. Saya biasa dipanggil Stephen dan beberapa teman juga
memanggil saya dengan nama Ian. Saya dilahirkan di kota Malang pada 24 September 1993. Tapi
hal ini tidak menjawab pertanyaan di atas, jawaban tidak dapat ditentukan dari
apa yang tertulis di akta kelahiran.
Saya adalah seorang remaja biasa. Tidak
ada yang terlalu spesial dari diri saya. Tipical orang yang mencintai diri saya
apa adanya. Lahir dari keluarga yang menganut Kristen dan dari keturunan Jawa
dan Chinese. Menjadi anak pertama dalam keluarga, yang diberi tanggung jawab
cukup besar untuk menjadi contoh bagi kedua adik saya. Peraturan di keluarga saya cukup keras
sehingga mau tak mau harus mematuhinya. Kadang saya merasa tertekan dengan
keadaan ini, namun inilah yang membentuk saya menjadi seorang yang cukup sukses
dan disiplin seperti sekarang ini. Orang tua berkata tak ada jalan pintas yang
akan berbuah suatu yang baik dalam kehidupan ini, semua harus ditemput dengan
cara yang semestinya meskipun susah. Sifat-sifat saya yang menurut saya begitu
melekat dengan diri saya adalah terlalu sabar sehingga bagaikan saya tidak
peduli dengan keadaan sekitar. Selain itu terkadang saya mampu mengambil
keputusan dengan sangat cepat dan berpikir dengan sangat dewasa. Namun di lain
hal, terkadang saya menjadi remaja yang masih seperti anak kecil.
Mengenai potensi yang ada pada diri saya, awalnya saya menganggap
rendah diri saya sendiri. Saya belum bisa menemukan hal yang dapat disebut
sebagai potensi. Hal ini terjadi saat saya sedang berada dalam tekanan hingga
suatu ketika seseorang berkata bahwa semua itu salah dan saya harus mampu
mengenali diri saya lebih baik lagi. Hal ini memacu saya untuk terus mengenali
diri saya. Saya mendapati beberapa kelebihan dan kekurangan yang saya miliki. Beberapa
kelebihan yang saya temukan adalah cepat memahami suatu hal, bisa menganalisa
sesuatu dengan cukup baik, selalu berusaha tampak ceria. Hal hal tersebut saya
anggap sebagai suatu kelebihan karena tidak semua orang memiliki sifat seperti
itu. Namun, selalu tampak ceria mungkin juga bisa menjadi ‘pisau bermata dua’
karena orang lain tidak tahu apakah saya sedang bersedih ato senang. Hal ini
bisa disimpulkan terkadang saya menjadi anak yang cukup tertutup pada orang
lain. Kekurangan yang saya dapati adalah kadang saya seperti
menghukum diri sendiri ketika gagal dalam melakukan sesuatu. Saya juga mudah
bimbang dalam menentukan sebuah keputusan. Dalam suatu kegiatan, seperti rapat
misalnya, saya jarang menyampaikan sebuah pendapat. Saya cenderung hanya
mendengarkan pendapat-pendapat yang muncul dari mana-mana, tidak menyampaikan
pendapat. Namun di sana saya bisa mengambil sebuah keuntungan dan mengubah hal
tersebut jadi kelebihan. Ketika suatu forum hampir mencapai puncaknya, di sana
saya baru berpendapat melalui rangkuman dari pendapat yang telah muncul dari
forum di mulai.